Suka duka suatu hubungan yang sudah
berjalan hampir 2 tahun. Namun,ada banyak
hal yang akhirnya harus dipertimbangkan kembali. Ketidaknyamanan yang semakin
memuncak adalah faktor utamanya, dan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan
tersebut antara lain:
1.
Komunikasi yang buruk
Bukan karena intensitas atau karena hubungan jarak jauh. Tapi karena
kualitas komunikasi yang bermasalah. Pasangan belum saling memahami satu sama
lain. Pria terlalu acuh tak acuh dan tak mencoba mengerti pasangannya. Dan wanita
yang terlalu sensitif. Ketika komunikasi baru berjalan 5 menit, hanya karena
ada kata-kata yang menurut salah satu pihak tidak enak di dengar bisa
menyebabkan pertengkaran berhari-hari. Dan hal itu terjadi berulang-ulang
hingga sekarang dalam usia pacaran mendekati 2 tahun. Sungguh ironis memang....
2.
Merasa tak dihargai
Karena tingginya ego dan sifat kekanak-kanakan pada kedua belah pihak membuat
keduanya mudah tersinggung. Sering merasa tak di anggap, tak dihargai dan
disepelekan. Semuanya menuntut hak untuk dihargai tanpa mau melaksanakan
kewajiban untuk menghargai pasangan. Semua pihak berargumen bahwa dirinyalah
yang paling banya berkorban, paling sering disakiti dan paling sering
menderita. Padahal semua orang pada dasarnya sama yaitu egois hanya saja
tingkat keegoisan masing-masing orang berbeda.
3.
Iri dengan pasangan lain
Iri dengan pacar sahabat yang sering memberikan kejutan dan hadiah. Iri dengan
sahabat yang bisa tiap malam minggu diapeli pacar. Iri dengan sahabat yang
setiap hari selalu mesra, selalu diantar jemput dan terlihat sangat harmonis. Iri
dengan sahabat yang baru berhubungan hitungan bulan langsung dilamar. Iri dengan
pasangan yang menikah muda dan harmonis. Tapi jika dicermati lagi, jika selalu
iri dengan pasangan lain kenapa tidak mencari pacar baru? Kenapa masih bertahan?
Karena cinta? Karena tidak bisa move on? Karena takut akan masa depan? Karena takut
apa pasangan kita kelak mau menerima masa lalu kita? Itulah pertanyaan-pertanyaan
yang sering muncul dan menyebabkan kegalauan antara lanjut atau udahan. Semuanya
kembali pada yang menjalani, selama masih “nyaman” dan merasa masih bisa
bertahan, bertahanlah. Namun jika sudah tidak bisa bertahan, lambaikan tangan
dan menyerahlah.
4.
Terdesak umur
Tidak jarang wanita mempermasalahkan umur. Usia sekian sudah harus
menikah, padahal secara finansial dan psikis belum siap. Sebagian besar wanita
mendesak pihak pria untuk segera meningkatkan hubungan ke tahap yang lebih
serius. Namun dilematisnya, kedewasaan pria berbeda dengan wanita. Terlebih lagi
untuk pasangan yang usia pria lebih muda daripada wanita. Keadaan itu sungguh
menjadikan suatu dilema besar.
5.
Backstreet
Hubungan backstreet alias sembunyi-sembunyi sungguh sangat melelahkan. Hubungan
backstreet dari orang tua biasanya bermula dari ditentangnya hubungan tersebut.
lebih dilematis lagi jika orang tua melarang melanjutkan hubungan padahal orang
tua belum mengenal pasangan kita. Rasa penasaran atau sensasi ini yang biasanya
melandasi pasangan melakukan backstreet. Hubungan backstreet sangatlah rawan
pertengkaran. Ketika salah satu pihak mengingatkan tentang backstreet pasti
akan membuat situasi tidak nyaman. Menjadi ragu akan masa depan dan berpikir
semua perjuangan akan berakhir dengan sia-sia.
6.
Status sosial
Perbedaan status sosial juga membuat hubungan menjadi tidak nyaman. Pihak
yang lebih tinggi status sosialnya akan merasa tidak leluasa untuk berkata
maupun bertindak. Sedang pihak yang lebih rendah status sosialnya akan mudah
tersinggung. Hubungan beda status sosial mebutuhkan rasa toleransi yang tinggi.
Karena status sosial ini pula, harga diri menjadi sesuatu yang sangat sensitif.
7.
Keimanan
Semua wanita menginginkan sosok pria dewasa, bertanggung jawab, hangat
dan bisa menjadi imam yang baik. Ketika wanita sudah meragukan tingkat keimanan
atau ketaqwaan pasangannya dan membuatnya merasa tidak aman dengan masa
depannya. Sebaiknya,hentikanlah atau bertahan dan mencoba belajar bersama.
8.
Masa lalu pasangan
Masa lalu pasangan sering membuat pria atau wanita menjadi posesif dan
emosional. Wanita cenderung mudah berpikir negatif. Segala sesuatu yang
dikatakan pasangan dalam status di sosmed, dalam catatan hp maupun dari
perkataan langsung seringkali membuat wanita cemburu membabi buta. Wanita menjadi
sangat emosional. Mereka berpikir bahwa semua yang telah dilakukan semuanya
sia-sia dan tak ada artinya. Si pria tetap saja tidak bisa melupakan mantan dan
terus mencari tahu kabar mantan secara diam-diam. Sungguh menyakitkan memang.
9.
Terlalu sering dibohongi
Terlalu sering dibohongi akan membuat wanita semakin tak bisa berpikir
posistif dengan pasangan. Selalu jujur saja terkadang wanita masih bisa
berpikir negatif, apalagi jika wanita sudah terlalu sering dibohongi. Setiap kali
pria berstatement, wanita menjadi bertanya-tanya, benarkah? Ini sungguhan atau
hanya tipu muslihat? Mana yang harus ku percaya? Kata-katanya? Atau instingku? Jika
kepercayaan sudah tidak ada, untuk apa hubungan terus berlanjut. Itu hanya akan
memperparah hubungan.
10. Terlalu
sering bertengkar
Seringnya bertengkar pasti akan mengganggu aktivitas masing-masing. Pekerjaan
menjadi terbengkalai, nafsu makan berkurang, mudah letih, dan tak bisa
konsentrasi dengan kegiatan yang sedang dilakukan. Hal ini tentunya sangat
berbahaya bagi kesehatan fisik maupun psikis. Jika memang sudah tidak merasa
nyaman dengan pertengkaran, mengalahlah dari hati bukan karena paksaan. Dan lakukan
semua hal positif yang ingin dilakukan seperti menulis, bermain game, nonton
film,dll. Dan jika merasa sudah tidak sanggup bertahan, akhirilah dengan bijak.
Keputusan untuk memulai atau
mengakhiri hubungan adalah hak masing-masing orang. Namun, alangkah baiknya
jika dalam mengambil keputusan juga memikirkan perasaan orang lain. Ingat bahwa
apa yang kita tanam itulah yang akan kita petik. Semua hal yang terjadi didunia
ini tak luput dari hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, peliharalah hubungan
baik dengan pasangan entah memutuskan untuk mengakhirinya atau tetap bertahan
dalam ketidaknyamanan yang membuatmu merasa aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar