Minggu, 11 Desember 2011

TEORI-TEORI PEMBELAJARAN



Logo_Unnes.png

TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

Makalah Ini Disusun Guna Melengkapi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Kurniana Bektiningsih
Rombel: 46


Disusun Oleh:

Joni Maryanto                                1401409008
Anita Yuniarti Nurjanah                  1401409077
Devi Puspitarini                              1401409215
Lutfi Maulina                                  1401409089
Yuli Purwati                                   1401409188
Vida Safira                                     1401409122



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung didalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya, jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Oleh karena itu, teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan penggunaan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. Agar peserta didik mampu melakukan kegiatan belajar, maka dia harus melibatkan diri secara aktif.
Setiap informasi yang masuk ke dalam alat penginderaan itu sebagian ada yang diabaikan, dan ada yang masuk ke dalam alat penginderaan tanpa disadari. Namun ada sebagian informasi yang disimpan sebentar di dalam memori dan kemudian dilupakan.Dan ada pula informasi yang disimpan lebih lama, boleh jadi sampai akhir hayatnya. 

B.     Rumusan Masalah
a)      Bagaimana pandangan teori kognitif tentang belajar?
b)      Apa yang dimaksud dengan teori pengolahan informasi tentang belajar?
c)      Apa yang dimaksud dengan teori konstruktivisme?

C.    Tujuan
a)      Menjelaskan pandangan teori kognitif tentang belajar
b)      Menjelaskan teori pengolahan informasi tentang belajar
c)      Menjelaskan pengertian dari teori konstruktivisme



A.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembelajaran Menurut Aliran Behavioristik
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Menurut aliran ini, pembelajaran adalah upaya membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku pembelajar. Oleh karena itu pembelajaran ini disebut juga pembelajaran perilaku.
Teori belajar menurut aliran ini adalah: (1) hasil belajar tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon; (2) agar hasil belajar optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa sehinga mudah direspon siswa; (3) siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat mencari hubungan antara stimulus dan respon tersebut.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran adalah bahwa pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah pemerolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
Dalam teori pembelajaran perilaku mencakup beberapa aspek yaitu:
1.      Perlu diberikan penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar.
2.      Pemberian penguatan bisa berupa penguat sosial (pujian), aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai).
3.      Hukuman dapat digunakan sebagai alat pembelajaran tapi perlu hati-hati. Hukuman dapat dipikirkan sebagai alat pendidikan terakhir setelah anak melakukan kenakalan, namun pada pelaksanaannya pendidik tidak boleh sambil marah atau dendam.
4.      Kesegeraan konsekuensi. Perilaku belajar yang segera diikuti konsekuensi akan lebih berpengaruh.
5.      Pembentukan. Pendidik dikatakan telah melakukan pembentukan bila memberikan penguatan dalam pengajarannya.
Penerapan prinsip pembelajaran menurut aliran behavioristik secara umum sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan instruksional
2.      Menganalisis lingkungan kelas termasuk identifikasi perilaku masukan peserta didik
3.      Menentukan materi pelajaran
4.      Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil
5.      Menyajikan materi pelajaran
6.      Memberikan stimulus seperti pertanyaan, latihan, tugas-tugas
7.      Mengamati dan mengkaji respon peserta didik
8.      Memberikan penguatan
9.      Memberikan stimulus baru



B.     Pembelajaran Menurut Aliran Kognitif
Tiga tokoh penting dalam pengembangan pembelajaran menurut aliran kognitif adalah Piaget, Bruner dan Ausubel.
1.      Jean Piaget
Piaget memiliki asumsi dasar kecerdasan manusia dan biologi organism berfungsi dengan cara yang sama. Keduanya adalah sistem terorganisasi yang secara konstan berinteraksi dengan lingkungan.
Pengetahuan merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Outcome dari perkembangan kognitif adalah konstruksi dari schema kegiatan, operasi konkret dan operasi formal. Komponen perkembangan kognitif adalah asimilasi dan akomodasi, yang diatur secara seimbang. Memfasilitasi berpikir logis melalui ekperimentasi dengan objek nyata, yang didukung boleh interaksi antara peer dan guru. (Schema adalah struktur terorganisasi yang merefleksikan pengetahuan, pengalaman, dan harapan dari individu terhadap berbagai aspek dunia nyata).
Piaget mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran , yaitu (1) Belajar aktif, (2) Belajar lewat interaksi social, (3) Belajar lewat pengalaman sendiri.
a         Belajar Aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi symbol-simbol; mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
Jadi prinsip belajar aktif yaitu Menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa belajar sendiri.
b        Belajar lewat interaksi social
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam.
Didalam prinsip ini pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu Menciptakan suasana yang memungkinkan adanya interaksi antar siswa
c         Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.
Pembelajaran disekolah hendaknya dimulai dengan memberikan pengalaman-pengalaman nyata dari pada dengan pemberitahuan-pemberitahuan, atau pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya harus persis seperti yang diinginkan pendidik. Disamping akan membelenggu anak, dan tiadanya interaksi social, belajar verbal tidak menunjang perkembangan kognitif anak yang lebih bermakna.
2.      Brunner
Brunner menyatakan bahwa dalam belajar ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu peranan pengalaman struktur pengetahuan, kesiapan mempelajari sesuatu, intuisi, dan cara membangkitkan motivasi belajar. Maka dalam pengajaran di sekolah Brunner mengaukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup:
a         Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi siswa adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam hal mencari alternative pemecahan masalah. Dalam mencari pemecahan masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya dalam pembelajaran dibutuhkan pengalaman-pengalaman untuk melakukan sesuatu dengan tujuan mempertahankan pengalaman-pengalaman yang positif. Karena itulah diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan. Maka guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
b        Perstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak. Struktur pengetahuan mempunyai tiga cirri yang mempengaruhi kemampuan untuk menguasainya.
1)      Penyajian (made of representation)
Penyajian dilakukan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan yang bersifat manipulative. Dengan cara ini anak akan mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata, jadi berupa penyajian kejadian lampau melalui respon motorik yang didasarkan pada belajar tentang respon-respon dan bentuk-bentuk kebiasaan.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Penyajiannya dengan sekumpulan gambar-gambar  yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.
Cara penyajian simbolik. Perpindahan dari penggunaan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik didasarkan pada system berfikir abstrak, arbriter dan lebih fleksibel. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemauan seseorang lebih memperhatikan proporsi atau pernyataan daripada objek.
2)      Ekonomis
Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman. Makin banyak jumlah informasi yang harus dipelajari peserta didik untuk memahami sesuatu, makin banyak langkah-langkah yang harus ditempuh.
3)      Kekuatan
Kuasa dari suatu penyajian dapat juga diartikan sebagai kemampuan penyajian itu untuk menghubungkan hal-hal yang keliyatannya terpisah.
c         Perincian urutan penyajian materi pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi sangat berpengaruh pada tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Yang mempengaruhi dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
d        Cara pemberian “reinforcement”
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam pembelajaran yang digunakan sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari guru adalah dorongan bersifat ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat intrinsic.
3.      David Ausubel
Ausuble mngemukakan tentang belajar bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang relevan dan terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Prasyarat belajar bermakna adalah: materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial dan anaj yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna. Empat prinsip pembelajaran, antara lain:
a         Pengatur Awal (Advance Organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi pelajaran, terutama materi pelajaran yang mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan presentasi suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
b        Diferensiasi Progresif
Di dalam proses belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsure yang paling umum dan inklusif diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke khusus.
c         Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan inklusif.
d        Penyesuaian Integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual ke atas dank e bawah selama informasi disajikan.
Implikasi prinsip pembelajaran menurut aliran behavioristik secara umum sebagai berikut
a.       guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.      Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c.       Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e.       Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

C.    Pembelajaran Menurut Aliran Humanistik
Dihadapkan pada dua pilihan antara behaviorisme dan psikoanalisis yang termasuk kognitivisme banyak pakar psikologi di era tahun 1950-an dan 1960-an yang memilih ke alternatif konsepsi psikologis sifat dasar manusia. Freud telah memusatkan perhatian pada kekuatan sisi gelap ketidaksadaran, dan Skinner hanya tertarik pada pengaruh penguatan dari perilaku yang dapat diamati. Lahirlah Psikologi Humanistik untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang kesadaran pikiran, kebebasan kemauan, martabat manusia, kemampuan untuk berkembang dan kapasitas refleksi diri. Karena menjadi alternatif terhadap behaviorismedan kognitivisme, Psikologi humanistik atau humanisme menjadi lebih terkenal sebagai “kekuatan ketiga.”
Humanisme dipelopori oleh pakar psikologi Carl Rogers dan Abraham Maslow. Menurut Rogers, semua manusia yang lahir sudah membawa dorongan untuk meraih sepenuhnya apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara yang konsisten menurut diri mereka sendiri. Rogers, seorang psikoterapis, mengembangkan person-centered therapy, suatu pendekatan yang tidak bersifat menilai ataupun tidak memberi arahan yang membantu klien mengklarifikasi dirinya tentang siapa dirinya sebagai suatu upaya fasilitasi proses memperbaiki kondisinya. Hampir pada saat yang bersamaan, Maslow mengemukakan teorinya bahwa semua orang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat hierarkhis. Pada bagian paling bawah dari hirarkhi ini adalah kebutuhan-kebutuhan fisikal seperti rasa lapar, haus, dan mengantuk. Di atasnya adalah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, dan kepercayaan diri yang berkaitan dengan kebutuhan akan status dan pencapaian. Ketika berbagai kebutuhan ini terpenuhi, Maslow yakin, orang akan meraih aktualisasi diri, suatu puncak pemenuhan kebutuhan dari seseorang. Sebagaimana kata Maslow, “Seorang musisi haruslah mencipta lagu, seorang pelukis harus melukis, seorang penyair harus menulis puisi, jika ia ingin damai dengan dirinya. Apa yang ia mampu lakukan, ia harus lakukan.”
Gagasan lain dari humanisme dapat diringkas sebagai berikut:
1        Setiap orang memiliki kapasitas untuk berkembang.
2        Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih tujuan hidupnya.
3        Humanisme menekankan pentingnya kualitas hidup manusia.
4        Setiap orang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kehidupannya.
5        Persepsi pribadi seseorang terhadap dirinya sendiri lebih penting dari lingkungan.
6        Setiap orang memiliki potensi untuk memahami dirinya sendiri.
7        Setiap orang seharusnya memberikan dukungan pada orang lain sehingga semua memiliki citra diri yang positif serta pemahaman diri yang baik.
8        Carl Rogers menekankan pentingnya suasana lingkungan yang hangat dan bisa menjadi terapi.
9        Abraham Maslow berpendapat bahwa potensi kita sesunggahnya tidak terbatas.
10    Terjadinya kebersamaan disebabkan adanya persepsi positif satu sama lain.
11    Rogers berpendapat bahwa seseorang akan tidak mempercayai hal-hal positif dari dirinya dan rasa percaya dirinya rendah bila ada anggapan positif orang lain namun bersyarat.
12    Konsep-diri adalah bagaimana seseorang mengenal potensinya, perilakunya, dan kepribadiannya.
13    Realita adalah bagaimana sesungguhnya diri seseorang sedangkan idealisme adalah bagaimana seseorang menginginkan dirinya menjadi apa.
14    Anggapan positif tanpa syarat, ketulusan dan empati membantu memperbaiki hubungan seseorang dengan orang lain.
15    Seseorang akan bermanfaat bagi orang lain apabila terbuka terhadap pengalaman, tidak terlalu mementingkan diri, peduli pada sekitarnya, dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orang lain.
16    Aktualisasi diri adalah dorongan untuk mengembangkan potensi secara penuh sebagai manusia dari diri seseorang.
Salah satu kritikus terhadap humanisme mengatakan adalah sulit untuk mengukur aktualisasi diri. Ada juga yang berpendapat humanisme terlalu optimis dalam memandang manusia. Yang lain lagi mengatakan humanisme membangkitkan rasa kekaguman pada diri sendiri.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

a.       Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes(petunjuk):
1.      Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.      Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7.      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8.      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9.      Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10.  Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
b.      Siswa sebagai pelaku utama dalam pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.      Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.      Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6.      Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

D.    Pembelajaran Menurut Aliran Kontemporer
Pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Para Kontruktivisme seperti Von Glaseerfeld, Bettencourt mengatakan pembelajaran berfungsi membekali kemampuan siswa mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Sesuai dengan prinsip belajar teori konstruktivisme, maka dalam pembelajarannya nampak ada pergeseran fungsi guru dan buku sumber sebagai sumber informasi. Guru lebih berfungsi membekali kemampuan siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan. Karena, teori belajar ini paling luas aplikasinya dan menekankan pada pembelajaran yang aktif, artinya: pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa mengkonstruksi pengetahuan (student-centered learning) dan pengajar aktif sebagai fasilitator. Siswa ditantang untuk membangun sendiri pemahaman atas fakta, konsep, hokum, dan teori, serta berbagi bentuk hubungan diantara unsure-unsur ilmu pengetahuan ini.
Proses belajar dimulai pada saat siswa menerima dan menyeleksi rangsanagn yang masuk ke dalam struktur kognitifnya, dilanjutkan dengan pembentukan makna. Selanjutnya, makna atau pemahaman yang sudah terbentuk akan diuji/divalidasi dengan menggunakan memori jangka pendek dn jangka panjang yang juga sudahj ada di dalam struktur kognitif siswea, untuk diasumsikan atau diintergrasikan ke dalam struktur kognitif tersebut. Denagn demikian, struktur kognitif siswa menjadi lebih kaya, kompleks, dan lenkap. Struktur kognitif yang lebihkaya, kompleks, dan lengkap ini memungkinkan siswa untuk menjalani tugas-tugas belajar yang lebih tinggi derajatnya. Guru sebagi fasilitator artinya : guru menjadi orang yang siap memberikan bantuan kepada siswa/peserta didik bila diperlukan. Terutama, bantuan dalam menentukan tujuan belajar, memilih bahan dan media belajar, serta dalam memecahkan kesulitan yang tidak dapat dipecahkan siswa sendiri.
Teori belajar Kontemporer (konstruktivistik) paling luas aplikasinya karena konstruktivisme mampu menjawab dua tantangan dalam pembelajaran pada masa kini. Tantangan yang pertama, datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua datang dari adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan yang luar biasa. Konstruktivisme menjawab tantangan yang pertama dengan meredefinisi belajar sebagai proses konstruktif dimana informasi diubah menjadi pengetahuan melalui proses interpretasi, korespondensi, representasi, dan elaborasi. Sementara itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi self-guided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut pula memainkan peran penting dalam memperbaharui konsepsi pembelajaran yang semula fokus pada pembelajaran sebagai semata-mata suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi sosial budaya yang kaya akan pengetahuan.
Konstruktivisme dan teknologi komputer, secara terpisah maupun bersama-sama telah menawarkan peluang-peluang baru dalam proses pembelajaran, baik di ruang kelas, belajar jarak jauh maupun belajar mandiri. Bentuk pembelajaran “student-centered learning” yang lain adalah belajar aktif, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning, dan problem-based learning. Sedangkan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori konstruktivisme yang cukup terkenal sekarang ialah pembelajaran kontekstual dan kuantum.
Model Pembelajaran Kuantum
Pengertian Quantum Teaching dapat di pahami melalui tiga hal yaitu :
1.      Quantum berarti interaksi yang berarti mengubah energi menjadi cahaya. Teaching berarti pembelajaran, untuk menghilangkan kesan “dominasi” tugas guru terhadap siswa, dan memberikan “pengakuan” lebih terhadap kemampuan siswa untuk belajar dengan bantuan dan bimbingan guru (Rusda Kto Sutadi, 1996:10). Jadi Quantum Teaching atau pembelajaran kuantum adalah pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi yang berada di dalam dan di sekitar momen belajar, sehingga kemampuan dan bakat alamiah siswa berubah menjadi cahaya (kemampuan aktual)
2.      Percepatan belajar, berarti menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja seperti menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif Penyajian, dan keterlibatan aktif.
3.      fasilitasi, merujuk pada implementasi strategi yang menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan alami. Fasilitasi termasuk penyediaan alat bantu yang memudahkan siswa belajar.
Dalam proses pembelajaran terjadi oskestrasi (penggubahan, penyelarasan, pemberdayaan komunitas belajar), sehingga orang-orang yang terlibat sama-sama merasa senang dan bekerja saling membantu untuk mencapai hasil yang optimal.
Asas utama
Pembelajaran kuantum di rancang berdasar tiga hal, yaitu: asas utama, prinsip-prinsip dan model. Belajar adalah kegiatan full contact, suatu kegiatan yang melibatkan seluruh kepribadian manusia (pikiran, perasaan dan bahasa tubuh) disamping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa datang. Belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, kegiatan ini dapat dicapai jika guru telah memasuki kehidupan siswa caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang di ajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa.
Prinsip-prinsip pembelajaran Kuantum
Prinsip yang digunakan dalam pembelajaran kuantum terdiri dari :
1.      segalanya berbicara
prinsip segalanya berbicara mengandung pengertian bahwa segala sesuatu di ruang kelas “berbicara” – mengirim pesan tentang belajar dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang di bagikan hingga rancangan pelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru wajib mengubah kelas menjadi “komunitas belajar” masyarakat mini yang setiap detailnya telah di ubah untuk mendukung belajar optimal dari cara mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas, cara merancang pengajaran.
2.      prinsip segalanya bertujuan
berarti semua upaya yang di lakukan guru dalam mengubah kelas mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi tertinggi.
3.      pengalaman sebelum peberian nama
proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang mereka pelajari. Pengalaman menciptakan ikatan emosional dan peluang untuk penamaan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental, membangun keingintahuan siswa. Dalam kondisi demikian barulah guru memberikan nama : menjelaskan materi pelajaran. Model pembelajaran kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi yang membagi unsur pembentuk mencari dua kategori yaitu : konteks dan isi.
4.      Akui setiap usaha
5.      jika layak di pelajari, maka layak pula dirayakan








DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Rifa’I, Achmad. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar